<
>
Download
Genre/category

Term paper
Linguistics

University, School

UGM Yogyakarta

Grade, Teacher, Year

2013

Author / Copyright
Dominique O. ©
Metadata
Price 4.50
Format: pdf
Size: 0.21 Mb
Without copy protection
Rating
sternsternsternsternstern
ID# 32630







ANALISIS MORFOSINTAKSIS PREFIKS PASIF KALIMAT TUNGGAL

BAHASA JAWA BANYUMAS


A.    Pendahuluan

Bahasa merupakan alat komunikasi yang esensial dalam kehidupan bermasyarakat. Bahasa itu sendiri menurut Chaer (2007: 32) merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Senada tapi sedikit berbeda diterangkan oleh Alwi (2005: 88) bahwa Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.

Oleh karena iu, tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai bahasa, karena melalui bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya sehingga memungkinkan terjadinya interaksi sosial.

Linguistik terdiri dari beberapa cabang ilmu. Cabang ilmu tersebut antara lain adalah fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik. Beberapa cabang ini sering dikenal dengan nama cabang mikrolinguistik. Dalam tataran tata bahasa terdapat bahasan tentang morfologis dan sintaksis. Morfologi itu sendiri mempelajari intern kata sedangkan sintaksis mempelajari gramatikal suatu kalimat.

Chaer (2007: 206) kemudian memaparkan tentang pengertian sintaksis sebagai  cabang linguistik yang membicarakan kata dalam hubungannya dengan kata lain; atau unsur-unsur lain sebagai suatu satuan ujaran. Dengan kata lain kata menjadi satuan terkecil dalam tataran sintaksis. Setiap kalimat memiliki kata sebagai unsure pembentuknya yang memiliki fungsi, kategori, dan peran yang berbeda dalam setiap kalimat.

Fungsi sintaksis dalam suatu kalimat terdiri dari subyek, predikat, obyek keterangan dan pelengkap. Jika merujuk pada kategori sintaksisnya, maka kata dikategorikan menjadi verba, nomina, adjektiva, pronominal, adjeverbia dan kata tugas. Kemudian, kata berperan sebagai pelaku, penerima, sasaran, dan tempat dalam tataran sintaksis.

Merujuk pada penjelasan diatas, Sudaryanto (1991: 26) memaparkan bahwa predikat merupakan inti dari sebuah kalimat. Oleh karena itu, predikat wajib hadir dalam sebuah kalimat dan fungsi predikat ini dapat diisi dengan kata berkategori verba dan adjektiva. Sedangkan untuk nomina yang disertai predikat.

Untuk keterangan dan pelengkap biasanya diisi dengan nomina dan frasa. Peran pelengkap dan keterangan itu sendiri berbeda jika dilihat dari kewajibannya. Pelengkap dalam suatu kalimat wajib hadir, sedangkan keterangan merupakan salah satu fungsi sintaksis yang tidak harus ada dan kalaupun harus ada tergantung pada kejelasan fungsi predikatnya (Soedaryanto, 1991: 130).

Pola seperti ini terdapat dalam berbagai bahasa, umumnya dalam bahasa Indonesia dan khususnya dalam bahasa Jawa juga terjadi hal tersebut. Bahasa Jawa yang dibahas yaitu bahasa Jawa Banyumas atau yang sering dikenal dengan bahasa ngapak. Dalam bahasa Jawa Banyumas, fungsi predikat pun menjadi suatu keharusan dan wajib hadir dalam setiap pembentukan kalimat. Berikut contoh kalimat aktif sederhana dalam bahasa Jawa,

1.      Wijinumpakmotormeng terminal.

     S         P           O            Ket

  “Wiji   naik     motor       ke terminal”

Pada kalimat (1) diatas, subyek adalah Wiji, numpak merupakan predikat, Obyek diisi oleh motor dan mengterminal sebagai keterangan tempat. Dalam kalimat diatas, jika obyek dihilangkan dan kalimatnya menjadi “Wiji numpak meng terminal”, maka kalimat tersebut maknanya akan kabur dan menjadi tidak berterima, karena motor disini menerangkan alat yang digunakan untuk sampai ke terminal.

Oleh karena itu, obyek sangat penting dalam kalimat aktif tersebut.

Download Analisis morfosit­aksis prefix pasif kalimat tunggal bahasa jama banyumas
• Click on download for the complete and text
• This is a sharing plattform for papers
Upload your paper and receive this one for free
• Or you can buy simply this text

Penjelasan diatas, bukan merupakan suatu pokok permasalahan yang akan dibahas, tetapi lebih pada contoh kalimat yang akan dipaparkan berikut yaitu mengenai kalimat pasif. Untuk lebih memperjelas fungsi dan perannya dalam kalimat, berikut contohnya,

2.      Bukunetekwacamau mbengi.

     S            P              Ket

“Bukunya saya baca tadi malam”.

3.      Bukunembokwacamau mbengi.

     S              P                Ket

“Bukunya kamu baca tadi malam”.

4.      Bukunediwacamau mbengi.

    S          P             Ket

“Bukunya dibaca tadi malam.

5.      Bukunekewacamau mbengi.

     S          P          Ket

“Bukunya terbaca tadi malam”

Pada contoh kalimat pasif (2, 3, 4, 5) memiliki pembentuk yang berbeda. Pada kalimat (2) memakai /tek-/ sebagai pembentuk, kalimat (3) /mbok-/, kalimat (4) memakai /di-/ dan kalimat (5) memakai /ke-/. Kategori kata yang dibentuk sama yaitu verba “waca”. Dan susunan kalimatnya berupa “bukune” menjadi subyek, “mbokwaca, tekwaca, diwaca, kewaca” menjadi predikat dan “mau mbengi” sebagai keterangan.

Prefiks penanda pasif bahasa Jawa ini sebenarnya sudah pernah diteliti oleh Arifin (1999) yang menelurkan sebuah buku berjudul “Kalimat Pasif dalam Bahasa Jawa”. Arifin menyatakan bahwa ada empat penanda pasif dalam bahasa jawa yaitu /tek-/, /kok-/, /di-/, dan /ke-/.

Tetapi dalam bahasa Jawa Banyumas, penanda pasif /kok-/ menjadi /mbok-/. Penanda pasif /ke-/ merupakan penanda pasif aksidental. Semua penanda itu memiliki fungsi, peran dan tujuan penggunaanya masing-masing. Selain itu Sudaryanto (1991) dalam bukunya yang berjudul “TataBahasa Baku Bahasa Jawa” juga menyatakan hal yang serupa mengenai prefiks penanda pasif tersebut.

Melihat kedua teori dalam buku tersebut diatas, akan sangat menarik untuk membahas mengenai prefiks penanda pasif ini. Selain itu juga terdapat buku rujukan lainnya untuk menyempurnakan teori tersebut.


B.     Landasan Teori

Sintaksis merupakan salah satu bidang kajian dalam linguistik yang berkembang di Indonesia. Menurut Kridalaksana (2008: 223), sintaksis merupakan pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata dengan satuan-satuan yang lebih besar dalam bahasa.

Verhaar (2001: 162) membagi kalimat berdasarkan fungsi, kategori serta peran dan ia juga mengatakan bahwa morfologi dan sintaksis juga merupakan bagian dari tata bahasa. Chaer (2007: 206) menjelaskan bahwa struktur sintaksis yang terdiri dari kata, frase, klausa, kalimat dan wacana merupakan hal-hal yang sering dibicarakan di dalam sintaksis.

Selain menggunakan landasan teori diatas, dalam pembahasan sintaksis bahasa Jawa ini, buku tentang tata bahasa jawa juga dipergunakan sebagai landasan penulisan. Buku yang dipergunakan yaitu Arifin (1999) dan Sudaryanto (1991).


C.     Metode

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif karena menggunakan kata-kata atau kalimat dalam suatu struktur yang logis, untuk menjelaskan konsep-konsep dalam hubungan satu sama lain. Penerapan metode kualitatif dilakukan secara deskriptif, artinya data yang dianalisis dan hasil analisis berbentuk deskripsi fenomena, tetapi tidak berupa angka-angka atau koefisien tentang hubungan antar variabel.


Pada morfologi bahasa Jawa Banyumas umumnya memiliki kemiripan dengan Jawa Sentral. Persebaran wilayah bahasa Banyumas itu sendiri di daerah barat berbatasan dengan tasikmalaya (bahasa Sunda) dan Yogyakarta di daerah timur.

Bahasa Banyumas, di satu sisi menyerap unsur bahasa Jawa standar dan disisi lain tetap memiliki ciri khas bahasa Sunda. Dengan kata lain, bahasa Jawa Banyumas mengalami perbedaan dengan Bahasa Jawa Standar dikarenakan adanya pengaruh dari bahasa sunda kedalam bahasa Jawa standar. Perbedaan ini sebenarnya mengacu dalam beberapa aspek linguistik yaitu fonologis, sintaksis, morfologis, dan semantik. Tetapi, perubahan yang cukup terlihat terdapat pada proses morfologis, seperti dalam proses afiksasi dalam prefiks penanda pasif. Berikut penjelasan mengenai proses morfologis afiksasi bahasa Jawa Banyumas tersebut.

1.    Kadar Afiksasi Prefiks Pasif Bahasa Jawa Banyumas

Pada bahasa Jawa Banyumas sebenarnya mengalami empat macam afiksasi yaitu prefiks, infiks, sufiks dan konfiks. Fokus pembahasan hanya akan tertuju pada prefiks penanda pasif.

Dalam bahasa Jawa Banyumas terdapat empat penanda pasif yaitu /tek-/, /mbok-/, /di-/ dan /ke-/. Penanda pasif tek-, mbok-, di- ini seringnya dalam tata bahasa Jawa dikenal dengan nama tripurusa. Kalimat pasif penanda persona pertama ditandai oleh awalan /tek-/. Kemudian, kalimat pasif penanda persona kedua ditandai dengan prefix /mbok-/, sedangkan prefix /di-/ sebagai penanda pasif persona ketiga.

Prediks ke- itu sendiri sebagai penanda verba pasif aksidental. Keempat penanda pasif ini memiliki kadar kepasifan yang tinggi. Kadar tersebut ditimbang melalui perimbangan dengan bentuk aktifnya. Pemarkah yang seringnya digunakan dalam perimbangan bentuk ini yaitu nasal /N-/. Berikut penjelasan beserta contoh mengenai keempat prefiks tersebut pada pemarkah /N-/.

a.       Prefiks /tek-/

Bukunetekwacamau mbengi. (pasif)

     S           P               Ket

      “bukunya saya baca tadi malam”

      Jika ditelaah menggunakan diagram pohon akan menjadi seperti berikut:

                                      S


             NP                                           VP

                                                V                        Adv

                                           tekwaca             

                                 Prefiks                V

         Bukune             tek-                 waca     mau mbengi

         Bukunya           saya                 baca      tadi malam

Dalam penjabaran diagram pohon tersebut, bukune “bukunya” berfungsi sebagai NP (frase benda) dengan posisi subyek, lalu tekwaca “saya baca” dari /tek-/ + waca sebagai predikat berfungsi sebagai verba, dan mau mbengi “tadi malam” sebagai keterangan waktu. Penanda pasif pada kata “tekwaca” berarti saya baca. Tek- disini berarti “saya” yang merupakan orang pertama. Jadi tek- berfungsi sebagai penanda orang pertama yaitu “saya”.

      Inyongmacabukunemau mbengi. (aktif)

           S       P            O              Ket

     “saya membaca bukunya tadi malam”

Diagram pohon kalimat diatas yaitu:

                                      S


             NP                                           VP

                                                V               NP               Ket

                                             maca        

                                       Prefiks     V

          Inyong                   {N-}     waca  bukune     mau bengi

      Saya                       membaca      bukunya     tadi malam

Sesuai contoh diatas, dapat dilihat bahwa tekwaca (pasif) jika dirubah menjadi kalimat aktif menjadi {N-} + waca = maca. Perubahan ini beraturan dan terjadi disemua kata yang mendapat imbuhan tek- pasti menjadi {N-} pada kalimat aktif. Contoh lainnya yaitu kata tekpangan “saya makan” (pasif) dalam kalimat aktif menjadi mangan “makan”.

Fungsi kata dalam kalimat tersebut yaitu, Inyong berfungsi sebagai subyek, dan subyek ini muncul dari penanda pasif tek-, yang jika diubah menjadi kalimat aktif menjadi inyong “saya”. Kemudian predikatnya berupa kata maca “membaca”, yang diikuti bukune “bukunya” sebagai obyek kalimat. Kata mau mbengi “tadi malam” masih berfungsi sama seperti kalimat pasif yaitu sebagai keterangan waktu.


b.      Prefiks /mbok-/

Prefiks mbok- dalam bahasa Jawa Banyumas sebenarnya merupakan perubahan dari prefiks penanda pasif kok- dalam bahasa Jawa sentral. Penanda pasif ini biasanya terdapat dalam kalimat tanya yang berfungsi menanyakan suatu keadaan. Berikut ini penjelasan mengenai prefiks tersebut dalam kalimat.

Seganewis mbokpangan?

     S                     P

“nasinya sudah kamu makan?”

Makna prefiks mbok- berarti “kamu” dalam bahasa Jawa Banyumas. Sedangkan tataran fungsi sintaksisnya, prefiks ini hanya terdapat dalam kalimat tanya. Berikut penjabarannya dalam diagram pohon.

                                      S


             NP                                           VP

                                                               V

                                                    wis mbokpangan

                                                  Prefiks               V

          Segane                              mbok-           pangan

     Nasinya                       sudah kamu        makan

Dalam kalimat diatas, fungsi subyek ditempati oleh kata segane “nasinya”. Sedangkan predikat verba nya diisi oleh mbokpangan “kamu makan”. Kalimat diatas sebenarnya sudah mengalami pemendekan kalimat dari kalimat asalnya.

Prefiks mbok- ini juga jika diubah menjadi kalimat aktif maka akan mengalami penasalan {N-}. Berikut contoh dan penjelasannya.

Kowewis mangansega?

     S            P             O

“Kamu sudah makan nasi?”

Jika dijabarkan dalam diagram pohon akan menjadi seperti berikut,


                                     S


             NP                                           VP

                                                      V               NP

                                             wis mangan 

                                            Prefiks       V

           Kowe                        {N-}      pangan segane

     Kamu                         sudah memakan nasinya

Pada diagram diatas dijelaskan bahwa subyek berupa kowe “kamu”. Subyek ini berasal dari bentuk pasif “mbok-“. Sedangkan kata “pangan” “makan” yang merupakan predikat verba menjadi mangan “memakan” setelah mengalami penasalan.

Kata segane “nasinya” dalam kalimat ini berfungsi sebagai obyek. Dalam kalimat diatas juga terdapat pemendekan kalimat. Kalimat asalnya yaitu “kowe wis mangan segane apa urung?”. Seperti halnya pada kalimat pasif yang sebelumnya, pemendekkan juga terjadi dalam perubahannya menjadi kalimat aktif.


c.       Prefiks /di-/

Motordidoladhiku.

    S        P         O

“motor dijual adhiku”

Untuk mengetahui kategori kata, berikut dijelaskan dalam diagram pohon,

                                       S


                    NP                                           VP

                                                           V                 NP

                                                didol                 

                                       Prefiks          V

       Motor                         di             dol       adhiku

       Motor                                dijual            adikku

Jika dilihat dari kalimatnya, struktur kalimat tersebut terdiri dari subyek, predikat dan obyek. Motor disini sebagai subyek, kemudian didol “dijual” sebagai predikat kategori verba dan adhiku “adiku” sebagai obyek kalimat. Penggunaan prefiks di- disini berfungsi sebagai penunjuk orang ketiga, yang dalam kalimat ini orang ketiganya adalah adiku.

Adhikungedolmotor.

    S            P         O

“adiku menjual motor”

                                       S


                    NP                                           VP

                                                           V                 NP

                                                ngedol                

                                       Prefiks          V

       adhiku                       {N-}          dol       motor

      Adikku                         menjual           motor

Pada diagram diatas, dapat ditelaah bahwa adikku yang semula pada kalimat aktif berupa obyek, berubah posisi menjadi subyek pada kalimat aktif. Kemudian kata didol “dijual” menjadi ngedol “menjual” setelah melalui penasalan “{N-}+dol”. Posisi kata ngedol disini yaitu predikat verba, sedangkan obyek ditempati oleh motor.


d.      Prefiks ke-

Prefiks /ke-/ ini dalam bahasa Jawa menunjukkan makna ketidaksengajaan atau tidak dikehendaki atau tidak diinginkan. Sebagai contoh yaitu pada kalimat berikut.

Ardikesenggolsikute ucinang ndalan.

   S          P             O            Ket

“Ardi kesenggol sikunya Uci dijalan”.

Untuk mengetahui kategori katanya, berikut ini penjabarannya dalam diagram pohon:


                                       S


                    NP                                           VP

                                                           V                 NP                  ADV

                                              Kepaduk                

                                       Prefiks          V

      Ardi                             ke-        senggol sikute Uci       nang dalan

     Ardi                          ter-       senggol   siku Uci               dijalan               

Pada diagram diatas, dapat dilihat bahwa “Ardi” merupakan subyek dan sebagai frase nomina. Kemudian, “kesenggol” sebagai predikat verba dengan kata dasar pembentuknya yaitu “senggol” berkategori verba. Kemudian “sikute Uci” sebagai obyek dan “nang ndalan” sebagai keterangan tempat.

Untuk lebih jelasnya, berikut penggambaran kalimat aktifnya.

Sikute UcinyenggolArdinang ndalan.

       S             P         O          Ket

“sikunya Uci menyenggol Ardi dijalan”.

Kemudian, untuk memperjelas kategorinya, berikut diagram pohonnya:

                                       S


                    NP                                           VP

                                                           V                 NP                  ADV

                                              nyenggol                

                                       Prefiks          V

      Sikute Uci                 {N-}        senggol  Ardi             nang dalan

     Sikunya Uci                  menyenggol     Ardi               dijalan               

Pada diagram diatas, telah jelas terlihat bahwa kata “sikute Uci” yang semula dalam kalimat pasif merupakan obyek, berubah posisi menjadi subyek. Kemudian, “kesenggol” mengalami penasalan pada kalimat aktif yaitu dari “ke- + senggol” menjadi “{N-} + senggol” pada kalimat aktif. Posisi obyek ditempati oleh Ardi, dan keterangan tempat oleh “nang ndalan”.

Dari pemaparan beberapa contoh perimbangan nasal tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa prefix pasif yaitu /tek-/, /mbok-/, /di-/ dan /ke-/ semuanya dapat dibentuk menjadi kalimat aktif berpemarkah nasal /N-/.


2.      Afiksasi Prefiks Pasif Berdasarkan Kategori Kata pada Bentuk Dasarnya

Dalam bahasa Jawa Banyumas prefiks /tek-/, /mbok-/ /di-/ dan /ke-/ dapat bergabung dengan konstituen pusat berkategori verba, nomina, adjektiva, dan numeralia.

Semua bentuk dasar konstituen pusat dapat bergabung dengan prefiks /tek-/, /mbok-/, /di-/ dan /ke-/. Selebihnya untuk memahami pernyataan tersebut, berikut contoh dan penjelasannya.

1)      Lawangearep tekbukak

      S                 P

“pintunya akan saya buka”

Berikut penjabaran dalam diagram pohon,

                                      S


                    NP                  Aux                   VP

                                                                  V                

                                                    tekbukak                

                                              Prefiks          V

       Lawange           arep         tek-          bukak     

      Pintunya            akan             saya buka

         Pada kalimat diatas, lawange “pintunya” berfungsi sebagai subyek nominal. Kemudian, arep “akan” sebagai modalitas, dan tekbukak “saya buka” menjadi predikat verba pasif. Prefiks tek- disini melekat dengan kata berkategori verba yaitu bukak.


2)      Lawangearep mbokbukak?

      S                    P

“pintunya akan kamu buka?”

kalimat tersebut diatas, dijabarkan dalam bagan akan menjadi seperti berikut.

                                       S


                    NP                  Aux                   VP

                                                                  V                

                                                    mbokbukak                

                                              Prefiks          V

       Lawange           arep         mbok-       bukak     

      Pintunya            akan             kamu buka   

   

3)      Lawangearep dibukak.

      S                 P

“pintunya akan dibuka”

Penjabarannya dalam diagram pohon yaitu,

                                       S


                    NP                  Aux                   VP

                                                                  V                

                                                    mbokbukak                

                                              Prefiks          V

       Lawange           arep         di-          bukak     

      Pintunya            akan               dibuka

Untuk penjelasan kalimat (2) dan (3) sama dengan kalimat (1) hanya berbeda penggunaan prefiks nya saja. Contoh lainnya yaitu jika prefiks pasif ini bergabung dengan kata tandur “tanam” maka akan menjadi “tektandur, “mboktandur” dan “ditandur”.

     S           P

Pintunya terbuka”

Kalimat tersebut diatas, jika dijabarkan dalam diagram pohon akan menjadi sebagai berikut.

                                       S


                    NP                                            VP

                                                                  V                 

                                                       kebukak               

                                              Prefiks          V

       Lawange                            ke-          bukak     

      Pintunya                              terbuka

Berdasarkan beberapa contoh kalimat diatas, dapat diketahui bahwa prefiks penanda pasif /tek-/, /mbok-/, /di-/ dan /ke-/ dapat bergabung dengan segala bentuk dasar verba dan biasanya verba tersebut melakukan suatu pekerjaan atau hal yang bekerja. Dalam hal ini, prefiks pasif tidak merubah kategori kata yang semula verba.


b.    Bentuk Dasar Konstituen pusat berkategori Nomina

Biasanya konstituen pusat yang dapat bergabung dengan keempat prefiks tersebut adalah berupa alat yang lazim dan sering digunakan oleh manusia. Berikut contohnya.

1)      Umaehtekcet

     S         P

“rumahnya saya cat”

                                      S


                    NP                                            VP

                                                                  V                

                                                       tekcet                

                                              Prefiks          V

       umaeh                               tek-            cet     

      Pintunya                                  saya cat

Pada kalimat diatas, prefiks tek- melekat pada kata nomina yaitu cat. Nomina ini beralih fungsi menjadi verba ketika mendapat tambahan prefiks pasif yaitu tek-, mbok-, di-. Berikut penjabaran didalam diagram pohon untuk prefiks mbok- dan di- dalam kalimat yang sama.

     S             P

“rumahnya kamu cat?”

                                       S


                    NP                                            VP

                                                                  V                

                                                     mbokcet                

                                              Prefiks          V

       umaeh                             mbok-         cet     

      Pintunya                             kamu cat


3)      Umaehdicet

      S       P

“rumahnya dicat”

                                       S


                    NP                                            VP

                                                                  V                

                                                        dicet                

                                              Prefiks          V

       umaeh                                di-            cet     

      Pintunya                                 dicat

4)      Umaehkecet.

    S        P   

“rumahnya tercat”    

Selain contoh dengan menggunakan nomina cet, contoh lain yaitu pada kata sabun menjadi “teksabun”, “mboksabun”, “disabun” dan “kesabun”. Keempat kata jadian tersebut semula adalah nomina dan setelah mendapat imbuhan menjadi verba. Dalam hal ini, dapat disimpulkan prefiks pasif yang melekat pada nomina akan menjadi verba.

c.    Bentuk Dasar Konstituen pusat berkategori Adjektiva

Bentuk konstituen pusat yang dapat bergabung dengan keempat prefiks itupun hanya terdapat pada makna warna, bentuk dan rasa. Berikut contohnya.

1)   Tukiyemteksengit

      S             P     

“Tukiyem saya benci”

Berikut penjabarannya dalam diagram pohon,

                                       S


                    NP                                            VP

                                                                  V                

                                                    teksengit                

                                              Prefiks          V

   Tukiyem                               tek-          sengit    

   Tukiyem                                  saya benci

Pada kalimat diatas, jelas terlihat Tukiyem adalah subyek dan teksengit adalah verba pasif. Verba pasif teksengit ini memiliki kata dasar sengit yang merupakan adjektiva. Kata sengit ini setelah mendapatkan prefiks pasif, kemudian berubah kategori katanya menjadi verba. Untuk lebih mengetahui perubahan lainnya dalam prefiks mbok- dan di- berikut penjabarannya dalam diagram.

      S              P

“Tukiyem kamu benci?”

                                       S


                    NP                                            VP

                                                                  V                

                                                    mboksengit                

                                              Prefiks          V

   Tukiyem                             mbok-          sengit    

   Tukiyem                                  kamu benci

3)      Tukiyemdisengit

      S           P

“Tukiyem dibenci”

                                       S


                    NP                                            VP

                                                                  V                

                                                      disengit                

                                              Prefiks          V

   Tukiyem                                di-          sengit    

   Tukiyem                                  dibenci

Pada kalimat diatas, dapat diketahui bahwa Tukiyem adalah subyek dan disengit adalah verba pasif. Verba pasif disengit ini memiliki kata dasar sengit yang merupakan adjektiva. Kata sengit ini setelah mendapatkan prefiks pasif, kemudian berubah kategori katanya menjadi verba.

4)      Tukiyemkesengit

    S          P

“Tukiyem terbenci”.

                                       S


                    NP                                            VP

                                                                  V                

                                                      kesengit                

                                              Prefiks          V

   Tukiyem                                ke-          sengit    

   Tukiyem                                  terbenci

Pada kalimat diatas, Tukiyem adalah subyek dan kesengit adalah verba pasif. Verba pasif kesengit ini memiliki kata dasar sengit yang merupakan adjektiva. Kata sengit ini setelah mendapatkan prefiks pasif, kemudian berubah kategori katanya menjadi verba. Kesengit ini juga merupakan kegiatan tidak disengaja oleh orang lain.

Berdasarkan penjelasan keempat kalimat diatas, masih terdapat beberapa contoh lain dalam bentuk adjektiva. Contoh kalimat diatas menggunakan kata dasar penunjuk rasa yaitu sengit “benci”.


d.   Bentuk dasar Konstituen pusat berkategori numeralia

Pada bahasa Jawa Banyumas penggunaan kategori ini sedikit sekali digunakan dalam konteks percakapan sehari-hari. Berikut contohnya dalam kalimat.

1)   Kamar umahkutekpapat.

       S                   P

“kamar rumahku saya bagi menjadi empat”

Jika ditelaah kedalam diagram pohon akan menjadi sebagai berikut.

                                       S


                    NP                                            VP

                                                                  V                

                                                      tekpapat                

                                              Prefiks          V

   Kamar umahku                     tek-          papat   

   Kamar rumahku               saya bagi menjadi empat

Dalam kalimat diatas, jelas terlihat kamar umahku adalah subyek dan tekpapat adalah predikat. Proses perubahan menjadi verba terjadi pada kategori kata numeralia papat “empat”. Untuk mengetahui pembagian struktur kalimat dalam prefiks mbok- dan di- dapat dilihat pada diagram di bawah ini.

2)   Kamar umahmumbokpapat?

           S                   P

“kamar rumahmu kamu bagi menjadi empat”

Jika ditelaah kedalam diagram pohon, maka akan menjadi sebagai berikut.


                                       S


                    NP                                            VP

                                                                  V                

                                                    mbokpapat                

                                              Prefiks          V

   Kamar umahku                    mbok-          papat   

3)      Kamar umahkudipapat.

           S                   P

“kamar rumahku dibagi menjadi empat”

Jika ditelaah kedalam diagram pohon, maka akan menjadi sebagai berikut.


Swap your papers