<
>
Download
Genre/category

Review
Linguistics

University, School

UGM Yogyakarta

Grade, Teacher, Year

2012

Author / Copyright
Adrian H. ©
Metadata
Price 3.00
Format: pdf
Size: 0.27 Mb
Without copy protection
Rating
sternsternsternstern_0.2stern_0.3
ID# 32713







Dialek Bangka, hal. 35-55


Inhaltsverzeichnis

Kacung. 1

Gunungmuda. 3

Sungailiat4

Mentok, Belinyu, Gadung. 4

Kacung


1. *a > ɛ

- Jika didahului konsonan hambat bersuara dalam suku kata yang sama dan dalam suku kata berikutnya yang tertutup dan konsonan akhirnya bukan *t atau *N

Contoh: *lidah > lidɛ

- Jika konsonan hambat bersuara diganti oleh nasal berkat proses morfofonemik atau kalau konsonan hambat bersuara hilang oleh karena suku kata antepenultima hilang. Konsonan prefiks *ber-/be- juga menyebabkan munculnya eu sebagai refleks *a

Contoh: *N-belah > malɛ


2. *a > i

Muncul sebelum *t pada akhir kata dan kalau didahului oleh konsonan hambat bersuara dalam lingkungan yang dipeirikan di bawah l di atas ini.

Contoh: *berat > bərit


3. *a >ɛͮ  sebelum *N pada posisi akhir, kalau ada konsonan hambat bersuara di dalam etimon.

Contoh: *berenang > bərənɛ˄N


4. *a > i, kalau vokal ini muncul pada akhir kata dan kalau didahului oleh konsonan hambat bersuara dalam lingkungan yang diperikan di bawah l.

Contoh: *ketaba > kətabi


5. *a > ay apada akhir kata, kalau tidak didahului konsonan hambat bersuara atau kalau dipisahkan oleh konsonan yang bukan konsonan hambat bersuara dari konsonan hambat bersuara.

Contoh: *berapa > bərapay


6. *a sebelum konsonan final bukan *h- atau *-/ Menjadi ə, kalau suku kata praakhir mengandung vokal yang sama.

Contoh: *garam > gɛram.


7. *a > a dalam semua lingkungan yang lain.

Contoh: *ikan > ikan


Gunungmuda


1. *a > i

-Jika didahului koonsonan hambat bersuara dalam suku kata yang sama dan juga dalam suku kata berikutnya ynag terbuka atau yang ditutup *-h atau *-/.

- jika konsonan hambat bersuara diganti oleh nasal oleh karena proses morfofonemik dan kalau ada prefiks *ber-/be.

Contoh: *lidah > lidi, *N-belah > məli


2. *a > e pada akhir kata, kalau tidak didahului konsonan hambat bersuara atau kalau dipisahkan oleh konsonan yang bukan konsonan hambat bersuara dari konsonan hambat bersuara.

Contoh: *berapa > bərape , *apa > ape

Download Dialekto­logi: Dialekt Melayu Bangka - Kacung - Gunungmu­da - Sungaili­at - Mentok, Belinyu, Gadung
• Click on download for the complete and text
• This is a sharing plattform for papers
Upload your paper and receive this one for free
• Or you can buy simply this text


3. *a sebelum konsonan final yang bukan *-h atau *-/ Menjadi (e), kalau suku kata praakhir etimon juga mengNdung *a.

Contoh: *makan > makəͩn


4. *a > a dalam posisi lain. Jika etimonnya berakhir dengan *h, *a, sering menjadi *a, kalau diucapkan secara terisolir.

Contoh: *muntah > muta: 'muntah'


Sungailiat


1. *a (pada posisi akhir etimon) > *e

Contoh: *mata > mate


2. *-a sebelum *-h pada akhir etimon menjadi I atau a, kalau ada konsonan hambat bersuara sebelumnya.

Contoh: *N-belah > məlih, məlah


3. *a sebelum konsonan final yang bukan *-h atau *-? Menjadi (e), kalau suku kata praakhir etimon juga mengandung *a.

Contoh: *tangan > tangəͩn 'tangan'


4. *a dalam lingkungan lain menjadi a

Contoh: *muntah > muntah


Mentok, Belinyu, Gadung


Dalam ketiga dialek ini perubahan yang dialami *a kurang bervariasi. *a menjadi a, kecuali pada akhir kata, *a > Mentok i, Belinyu O, dan Gadung *-ah menjadi -a.


1.3 Inovasi yang muncul di daerah terbatas

1.3.1 beberapa lingkungan yang memperlihatkan perubahan *i dan *u dalam suku kata final > ə

1.3.1.1 Vokal ə dalam silabel final merupakan hasil pelemahan *i sebelum *N di Pakuk, Arungdalem, Gadung, Tuanunu dan Perlang. Di Tuanunu dan Perlang *i >ə sesudah *N > n (palatalisasi).



1.3.1.3 Di Tuanunu dan Perlang, *i pada suku kata akhir sebelum *-s menjadi ə. *tipis > tipəs, *betis > bətəs.


1.3.2 *h- hilang dalam semua dialek Bangka


1.3.3 Di Gadung, Pakuk dan Arungdalem *s- dan *c- secara teratur menjadi h kecuali kalau terdapat *s dan *c dalam silabe berikutnya. Di Gadung, *s- juga dilesapkan (*tipis > tipih)


2. Retensi Fonologis

2.1 Retensi yang muncul dalam semua dialek Bangka

Semua dialek Bangka memelihara *e dalam silabe akhir.


3. Inovasi Morfologis

Di Bangka terdapat tiga jenis dialek:

1.      Kelompok dialek pertama, pada umumnya memperlihatkan bekas sufiks BMP atau sufiks BMP yang tiidak produktif lagi (pakuk, Arungdalem, Gadung, Ranggung),

2.      Kelompok dialek yang menghilangkan sufiks tanpa adanya bekas (Gununggmuda, Dul, kacung, Tuanunu, Perlang, Belinyu, Sungailiat),

Bahasa melayu polinesia Purba *-en > BMP *-en dan JAK –an dengan makna BMP *-en sebenarnya merupakan inovasi, karena refleksnya seharusnya **-en. Dengan demikian dapat direkonstruksi BMP *en (dan bukan *-An) di samping BMP *-an (1) dan *-an (2). Dalam DBP, kedua kahiran BMP *-an diasimilasikan pada *-en.

Akhiran *-en mengalami dua proses yang berbeda dalam kelompok dialek pertama, kalau bentuk dasarnya berakhir dengan konsonan. Pertama, di Gadung *-en hilang sesudah asimilasi vocal silabe final bentuk dasar.

Kedua di Pakuk, Arungdalem dan Ranggung vocal final bentuk dasar diasimilasikan pada vocal sufiks dan sesudah vocal sufiks hilang, konsonan final bentuk dasar diasimilasikan pada konsonan sufiks.

Data Arungdalem, Pakuk dan Ranggung menunjukkan adanya refleks *-en sebagai pemarkah kata kerja transitif, kalau bentuk dasar berakhir dengan vocal atau dengan -/ . Ada beberapa reflex *-ken dalam kelompok dialek Pakuk, Arungdalem, Gadung dan ranggung.

Dalam kelompok dialek Arungdalem, Pakuk dan Ranggung, reflex etymon dengan *-en atau *-ken hanya memperlihatkan kelemahan vocal dalam suku kata final yang terjadi sebelum pelesapan akhiran; dan, dalam kelompok dialek yang kedua, akhiran dilesapkan tanpa meninggalkan bekas.

Dapat disimpulkan berdasarkan pengamatan yaitu Dialek kelompok kedua memelihara vocal/diftong di depan -/  , tetapi di Gadung vocal/diftong sebelum -/ menjadi ə atau əy.


4.      Retensi Morfologis

4.1 N- ‘aktif’

Semua konsonan hambat bersuara dan c- pada awal hilang sesudah N-‘aktif’ dalam semua dialek Bangka kecuali di Mentok yang sering mengikuti pola BM/BI. Dalam BM/BI konsonan hambat bersuara dan c- tidak dilesapkan sesudah meN- ‘aktif’. Contoh: *N- + *bunuh = mũnũ.


4.2  pə- ‘objek, instrumen’

Belinyu : pəmakan ‘makanan’

Gadung : pəgəgə ͩ n ‘mainan’

Arungdalem : pətanə ᵇm’tanaman’


4.3  bər-/bə- ‘mempunyai, memakai’

awalan ini wujud sebagai bə/b- sebelum bentuk dasar yang mulai dengan konsonan, misalnya Gunungmuda blapu ͩ n (lapu ͩ n ‘jaring’, ‘jerat’), Gadung bərasOw/ (asOw ‘anjing’ : ‘berburu’ = memakai anjing).


4.4  tə- ‘dengan tidak sengaja, dapat’

Data yang memperlihatkan awalan ini terbatas: Arungdalem təkənəN (kənəN ’ingat’). Kə- merupakan awalan yang digunakan dengan makna yang sama, misalnya Arungdalem kətabey ‘tertawa’.


4.5  Di Arungdalem ditemukan akhiran -ə ‘imperatif’ dalam dua contoh: uləNə (ulangi) dan hiəNə (siangi)


5.      Inovasi Leksikal

Jumlah inovasi leksikal sangat terbatas, oleh karena korpus kajian ini belum cukup besar. Semua dialek kecuali Gunungmuda memakai reflex *sebu untuk meniup.



Swap your papers