word image
Essay

Penerjem­ahan Pragmati­k Tekstual Dalam Pengajar­an BIPA

3.851 Words / ~14 pages sternsternsternsternstern Author Lukas A. in Dec. 2014
<
>
Download
Genre/category

Essay
Linguistics

University, School

Medan, Indonesia

Grade, Teacher, Year

2012

Author / Copyright
Lukas A. ©
Metadata
Price 4.80
Format: pdf
Size: 0.17 Mb
Without copy protection
Rating
sternsternsternsternstern
ID# 44083







PENERJEMAHAN PRAGMATIK TEKSTUAL

DALAM PENGAJARAN BIPA

Nana Raihana *


Anstract

Study of teaching learning of BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing) or Indonesian Language for Non Native Speakers becomes a specific and identical field in education. Balai Bahasa Medan operates BIPA class since 2009 until today; this practically shows that translation method is undeniable. The researcher and also as BIPA teacher found that process of translating applied consciousness whether by the students and also by the teacher.

Translation happened from the source language (Indonesia) to English as education language practiced by the teacher, and form his mother language to Indonesian language, practiced by the student. The data of this research is words, phrases, and clauses, they are observed, collected, and analyzed. Finally, it’s concluded that pragmatic translation was applied by teacher and students, and specifically occurred by words, phrases, and clauses which are different colucution, routine personal pronoun, and pragmatic translation in the matter of diction.

Keywords: BIPA, translation, pragmatic


  1. Latar Belakang

Dalam era yang terbuka seperti saat ini, setiap orang bisa menjelajah bagian manapun di jagad raya. Begitulah yang terjadi pada Indonesia, orang-orang asing dari belahan bumi manapun dapat dengan mudah dan nyaman mengakses gerbang (entrance) tanah air baik melalui transportasi nyata maupun transportasi maya. Indonesia memiliki pesona alam dan budaya yang begitu menakjubkan yangbmemungkinkan Indonesia menjadi salah satu objek tujuan perjalanan bagi wisatawan.

Sumber daya alam yang berlimpah dan populasi masyarakat Indonesia yang besar membuat Indonesia menjadi primadona tersendiri untuk industri dan perdagangan. Maka, diperlukan sebuah pemahaman ynag komprehensif dan berimbang bagi orang asing untuk mengekplorasi Indonesia yakni dari mempelajari bahasanya. Tidak semua hal di dalam bumi, masyrakat, dan budaya Indonesia dapat dijelaskan dalam terminology bahasa Inggris, sebagai bahasa pengantar Indonesia, oleh karena itulah pengajaran BIPA menjadi sangat penting untuk membuka wawasan tentang Indonesia, menghubungkan bangsa-bangsa dalam sudut pandang Indonesia, dan memasyrakatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa yang efektif untuk bangsa-bangsa internasional.

Dari pengamatan peneliti sebagai pengajar BIPA kedatangan orang asing di tanah air dikategorisasikan dalam beberapa tujuan yakni adalah 1) mempelajari budaya, 2)menikmati dan menggali wisata alam, dan 3)bekerja. Di kota Medan, khususnya tujuan-tujuan tersebuat terkemas dalam beberapa bentuk visa kunjungan yakni 1)mengikuti program pertukaran pelajar, 2)menjadi mitra kerjasama penutur asli dari mata kuliah bahasa asing (Scholar and Native speaker Internship), 3)bekerja pada LSM asing yang bergerak di bidang budaya, pendidkan, dan pelindungan wanita dan anak-anak, dan 4)bekerja pada konsulat perwakilan negara asing.

Bahasa Indonesia untuk penutur asing, adalah sebuah bidang pengajaran khusus yang menghendaki metode dan teknis khusus. Pengajaran bahasa ibu kepada orang asing bukanlah barang baru di ranah pendidikan dan pengajaran bahasa, ini juga banyak dilakukan oleh bangsa-bangsa lain, semisal bahasa Inggris untuk orang asing (Teaching English to the Student of Other Languages) atau bahasa Jerman untuk orang asing (Deutsch als Fremdsprache unterrichten).bahasa Indonesia khusus. Pengajaran BIPA memiliki karakteristik tertentu dalam mencapai tujuan belajar dan pembelajaran.

Download Penerjem­ahan Pragmati­k Tekstual Dalam Pengajar­an BIPA
• Click on download for the complete and text
• This is a sharing plattform for papers
Upload your paper and receive this one for free
• Or you can buy simply this text

Mengingat bahasa Indonesia belum terlalu luas dikenal oleh bangsa lain seperti layaknya bahasa Inggris, Perancis ataupun Jerman, maka untuk langkah awak sangat perlu kiranya pendekatan pemahaman lintas antara bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, dalam mengajar BIPA dengan asumsi setiap orang asing cukup familiar dengan bahasa Inggris walupun dalam tingkat yang masih sederhana.

Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Berdasarkanpengalaman empiris peneliti terdapat beberapa data yang akan dikumpulkan, dikelompokkan dan dianalis untuk menjawab permasalahan penelitian. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini rumusan masalah yang akan dicari jawabannya adalah:

  1. Apa, siapa dan bagaimanakah proses pengajaran BIPA?

  2. Unsur-unsur bahasa apa yang mengalami proses penerjemahan dalam pengajaran BIPA?


  1. Tinjauan Pustaka

Setiap manusia pada hakikatnya telah memiliki bahasa pertama (B1) sejak lahir ke dunia. Orang tua, keluarga, dan lingkungan sekitar berkontribusi besar terhadap pengajaran dan pematangan seorang anak manusia dalam memperoleh bahasa. Bahasa kedua dipahami sebagai bahasa yang dikenal, diperoleh dan dikuasai setelah B1 atau bahasa asli dari seorang diri manusia. Sejalan dengan itu bahasa asing juga dipahami sebagai bahasa yang kemudian hadir dan diperoleh setelah adanya eksistensi B1.

Seperti yang diungkapkan oleh Mitchell dan Myles1 dan sudah diterjemahkan bahwa “bahasa kedua (B2) adalah bahasa apapun selain dari bahasa asli atau bahasa ibu si pembelajar”. Dimana bahasa-bahasa tersebut melingkupi pembelajar di antara perjumpaan komunikasi yang lebih luas dalam daerah lokal ataupun masyarakat yang lebih luas, seperti tempat kerja, atapun media massa.

Bahasa asing juga dapat termasuk di dalam kategori bahasa kedua (B2) sebab diyakini proses-proses pembelajaran dan pemerolehannya dirasakan sama denagn pembelajaran bahasa kedua tersebut.

Pembelajaran B2 dipahami sedikit berbeda dari istilah pemerolehan bahasa dalam hal ini pemerolahan bahasa pertama, walaupun keduanya mempunyai esensi yang sama yakni proses mendengar atau menyimak, memproduksi atau berujar, dan prose pembetulan baik secara tidak sadar ataupun terkontrol. Seperti yang dikatakan oleh Basuki, KS2(1999) dalam artikelnya bahwa Istilah pemerolehan bahasa dipakai untuk membahas penguasaan bahasa pertama di kalangan anak-anak karena proses tersebut terjadi tanpa sadar, sedangkan pemerolehan bahasa kedua (Second Language Learning) dilaksanakan dengan sadar.

Pada anak-anak bahasa pertama yang diperoleh dari lingkungannya diperoleh dari interaksi yang hangat dengan rangsangan bahasa yang berulang-ulang dan resiprokal atau interaksi umpan dan respon antara anak dengan orang tua atau orang dewasa disekitarnya dengan agak mengabaikan struktur tata bahasa, inilah kemudian disebut sebagai pendekatan behavioristik yang digagas oleh Skinner pada tahun 1968 dalam Brown3, (2008, Hal.28-29).

Universal Grammar bukanlah semata-mata teori untuk mendukung teori-teori pembelajaran B2, tetapi lebih sebagai teori linguistik umum yang dapat juga memberi pengaruh terhadap teori pembelajaran B2. Seperti yang diuraikan oleh Mitchell dan Myles4 , bahwa tata bahasa universal bukanlah teori utama untuk pemebelajaran B2, oleh karena itu tidak mentayakan demikian.

Teori tersebut dimaksudkan untuk menggambarkan dan menjelaskan tentang bahasa manusia, maka ini bisa berkaitan dengan penelitian pembelajaran B2.

Di dalam bukunya, Riemsdijk dan Williams5 menyatakan bahwa tata bahasa universal dipahami oleh para linguis atau ahli bahasa secara kedwimaknaan. Di satu sisi tata bahasa universal (linguistic theory) mengacu pada dalil para linguis sebagai sebuah gagasan ”possible grammar of human language” atau “boleh jadi tata bahasa dari bahasa seluruh manusia” – sebuah gagasan yang dapat didefinisikan dengan mempelajari tata bahasa dengan kasat mata kekhasaan-kekhasannya.

Di sisi lalin, tata bahasa dapat dipandang sebagai dalil kecakapan bahasa manusia secara umum, yang terpisah dari salah satu bahasa—dengan kata lain, kemampuan umum manusia untuk mempelajari dan menggunakan bahasa.

Teori tata bahasa universal ini juga telah didahului oleh ahli dan pakar bahasa sebelumnya, seperti Gleason, Jr6 yang menyatakan bahwa tata bahasa universal diyakini sebagai kelogisan bahasa, sudah dikembangkan pada abad-abad sebelumnya dan kian populer seiring waktu. Dan bahasa Latin yang dikenal sebagai sistem gramatikal terbaik, melalui dalil tata bahasa universal ini, telah memberi pengaruh yang hebat terhadap satuan struktur bahasa-bahasa lainnya.


  1. Metode Penelitian

Penelitian dirancang sebagai penelitian kualitatif, sebab penelitian ini adalah penelitian bidang sosial yang berkaitan dengan pendidkan kebahasaan. Burns dan Grove dalam Danim (2002) mengatakan, tujuan utama penelitian di bidang ilmu-ilmu sosial dan pendiidkan adalah mengembangankan basis pengetahuan ilmiah untuk praktik-praktik di bidang sosial dan pendidikan secara efektif dan efisien.

Sumber permasalahan dan data penelitian ini adalah berasal dari fenomena yang diobservasi. Pada dasarnya penelitian kualitatif tidak memerlukan instrumen selayaknya penelitian kuantitatif, instrumen utama adalah peneliti itu sendiri maka penelitian ini diawali dengan observasi awal, catatan, rekaman tertulis, observasi penelusuran, pengumpulan data, analisis data, dan proses hipotesis yang mengarah pada jawaban-jawaban yang dimaksudkan dari permasalahan penelitian.

Secara praktis dalam penelitian ini langkah yang diambil dalam analisis data adalah:

  1. Lingkup studi dipersempit, lingkup studi hanya pada kelas belajar BIPA yang dilakukan oleh peneliti sebagai pengajar, sumber pengajaran dari bahan yang sudah ditentukan, dan pembelajarnya adalah pembelajar yang memiliki pengetahuan dan pengalaman bahasa Inggris baik sebagai bahasa pertama, bahasa kedua, maupun bahasa asing.

  2. Menjaga konsistensi penelitian, penelitian ini hanya menjawab pertanyaan permasalahan penelitian yakni pendekatan pragmatik pada penerjemahan di dalam kelas belajar BIPA,

  • Bekerja secara runtut dan rapi, dimulai dari kumpulan data, kategorisasi, rujukan pustaka, dan penyelesaian analisis data,

  • Membuat Ikhtisar yang akurat, dalam penelitian kualitatif, setidaknya peneliti mempunyai asumsi dasar tentang arah akhir penelitian, dan disempurnakan dengan analisis data.

    Data yang diperoleh dari teknik observasi, distribusi daftar atau soal latihan serta pencatatan dikumpulkan berdasarkan kategori yang dirancang sesuai dengan jenis yang menginterpretasikan kajian pragmatik di dalam penerjemahan. Presentasi data dituangkan di dalam uraian dalam beberapa tabel temuan data. Data yang dimaksudkan adalah berupa kosa kata, ungkapan, kalimat, baik dalam bentuk tulisan maupun lisan.


    1. Pembahasan

    1. Penerjemahan Pragmatik

    Penerjemahan yang baik diawali dengan penerjemahan leksikal, dan terakhir adalah penerjemahan pragmatik. Pragmatik dan penerjemahan sesungguhnya tidak dapat terpisah, mengingat dari pragmatic adalah studi linguistic yang menguraikan makna ujaran atau tututan baik lisanataupun tulisan dilihat dari konteks tindak ujar atau tindak tutur terjadi.

  • Kelas BIPA bukanlah kelas penerjemahan, namun penerjemahan yang komprehensif terhadap kosa kata, frasa, klausa, ataupun kalimat yang bersesuaian dengan konteks pemakaian bahasa Indonesia menjadi penting sejak bahasa bukan saja masalah yang berkaitan dengan tata bahasa namun lebih dari pada itu, bahasa berkaitan dengan budaya, filosofis, politik, apalagi ideologi Maka menjadi bahasan yang menarik dan teoritis penelitian tentang penerjemahan pragmatic di dalam kelas BIPA ini.

    Sebagai ilustrasi adalah pertanyaan tentang “perkawinan” berkaitan erat dengan unsure budaya dan filosofis bangsa Indonesia, oleh karena itu, berdasarkan pengalaman peneliti, jika pertanyaan seputar ini diajukan pengajar kepada pembelajar akan menjadi wacana tindak tutur seperti di bawah ini:

    Pengajar (PN) : “Baik, Xenia, apakah Anda sudah menikah (kawin)?”

    Pembelajar (PM) : “Tidak, Saya tidak kawin!”

    PN : “Oh, maksudnya, Anda belum kawin”

    PM : “Saya tidak tahu kapan saya kawin”

    PN : “Ya, Anda belum kawin”

    PM : “Saya tidak tahu saya kawin atau tidak”

    Implikasi dari tindak tutur ini adalah, dalam budaya dan filosofis orang Indonesia, menikah adalah sebuah “keutamaan”, maka bentuk respon yang seharusnya muncul adalah “Ya, sudah” atau “Belum”.

    Sementara Xenia, pembelajar yang berbangsa dan berbudaya Jerman, memandang bahwa perkawinan adalah sebuah urusan yang sangat pribadi dan tidak seharusnya tidak ditanyakan oleh orang lain. Terlebih lagi, di negaranya, pernikahan atau perkawinan bukanlah merupakan salah satu capaian hidup seseorang apalagi sebuah keutamaan, maka jawaban yang muncul adalah “Tidak, saya tidak kawin”.

    Dengan asumsi bahwa tidak ada seorangpun yang mengethui apakah dia nantinya akan berkeinginan untuk kawin ataukah tidak. Tentu jawaban pembelajar ini akan sangat tidak familiar bagi orang Indonesia yang mendengar, namun bagi pembelajar sendiri, pertanyaan seperti ini justeru tidak produktif dan bersahabat.

    Maka, jika tindak tutur tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai media untuk menyambungkan ide, akan berpola seperti berikut ini:

    Are you married?”

    PM: “Tidak, saya tidak menikah”

    No, I am not married

    Maka untuk itulah pemahaman dan pengetahuan pragmatik menjadi sebuah keharusan untuk menghindari salah pemahaman (misunderstanding) dan keliru dalam penafsiran (misinterpretation) akibat dari alpa penerjemahan (mistranslation).

    Selanjutnya, peneliti akan menguraikan data-data yang berkenaan dengan penerjemahan yang sesuai dengan kajian tekstual pragmatik yang kerap berlangsung di dalam interaksi belajar-mengajar BIPA. Adapun langkah-langkah kategorisasi penerjemahan pragmatik ini ialah:

    1. Penerjemahan/pengalihkodean Frasa dan Klausa

    2. Penerjemahan kata-kata berpolisemi atau berhomonim

    3. Penerjemahan Idiom

    4. Penerjemahan Pragmalinguistik yang terdiri dari:

      1. mengalihkodekankan frasa dan klausa yang berpotensi menyampaikan ilokusi bahasa target yang berbeda dengan ilokusi bahasa sumber

      2. mengalihkakodekan ungkapan dan pronominal rutin

      3. mengalihkodekan dieksis (pilihan kata)

      4. Penerjemahan Sosiopragmatik


    1. Analisi Data

    Penelitian ini akan menguraikan dan mendeskripsikan data-data temuan penerjemahan yang terdapat di dalam kelas belajar BIPA. Khusus penerjemahan tersebut, penerjemahan dibedakan dengan Penerjemahan pragmatik yang dilakukan oleh pembelajar dan oleh pengajar BIPA di sisi yang lain. Pada penelitian ini, antara bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa sumber ataupun bahasa target tergantung pada petuturnya.

      1. Bahasa Indonesia sebagai bahasa target (BT) dan bahasa Indonesia sebagai bahasa Inggris sebagai bahasa sumber (BS)

    1. Penerjemahan kata, frasa, klausa yang berbeda ilokusi antara BT dan BS

    2. Penerjemahan ungkapan dan Pronomina rutin

    3. Penerjemahan yang didasarkan pemilihan kata (Deiksis)

    4. Penerjemahan Sosiopragmatik (Honorifik Penutur)


      1. Bahasa Inggris sebagai bahasa target (BT) dan bahasa Indonesia sebagai bahasa sumber (BS), yang terdiri dari:

          1. Penerjemahan kata, frasa, klausa yang berbeda ilokusi antara BT dan BS

          2. Penerjemahan ungkapan dan Pronomina rutin

          3. Penerjemahan yang didasarkan pemilihan kata (Deiksis)

          4. Penerjemahan Sosiopragmatik (Honorifik Penutur)


    Maka kemudian, data dan analisisnya dipaparkan di dalam table-tabel berikut agar data temuan penelitian akan mendapat deskripsi yang terang dan jelas bagaimana penerjemahan tekstual pragmatic berlangsung. Seperti yang telah diterangkan di atas bahwa analisis data akan dibedakan mnajdi dua yaitu bahasa Indonesia sebagai target, bahasa Inggris sebagai bahasa sumber, dan bahasa Inggris sebagai bahasa target sedangkan bahasa Indonesia sebagai bahasa sumber.


      1. Bahasa Indonesia sebagai bahasa target (BT) sedangkan bahasa Inggris sebagai bahasa sumber (BS).


    Pembelajar Sebagai Penutur, maksudnya pembelajar BIPA pada umumnya pemebelajar kelas pemula awal (early beginner) cenderung menggunakan bahasa Inggris untuk mengungkapkan kalimat-kalimat khusus yang belum diketahuinya di dalam bahasa Inggris.

    Atau , biasanya pembelajar tanpa sengaja melakukan campur kode dan ahli kode ketika berinteraksi di dalam kelas BIPA. Maka pada pembahasan Analisis data ini, pengajar atau guru bertindak sebagai penerjemah yang menerjemahkan atau mengkodekan tuturan dan wacana ke dalam bahasa Indonesia. Jenis penerjemahan pragmatic jenis ini dapat terlihat dalam gambar di bawah ini:


    Gambar 4.6.1.1 Penerjemahan Pragmatik bahasa Indonesia sebagai BT


    Maka uraian analisis data temuan akan dibagai ke dalam beberapa tabel berikut ini:


    Tabel A Penerjemahan Kata, Frasa,

    Klausa yang berbeda Ilokusi antara BT dan BS



    No.

    Bahasa Sumber

    (Inggris)

    Penutur: Pembelajar BIPA

    Bahasa Target

    (Indonesia)

    Penerjemah: Pengajar BIPA

    1.

    Are you okay?

    Tidak apa-apa?

    2.

    O…you came!

    Sudah datang!

    3.

    Co-worker

    Teman kerja

    4.

    Collegue

    rekan

    5.

    I had been in Bali

    Saya pernah ke Bali

    6.

    I have been in Medan for six months

    Saya sudah di Medan selama enam bulan

    7

    I took bachelor degree at …

    Saya dulu kuliah S1 di …

    8.

    I haven’t taken my lunch

    Saya belum makan

    9.

    He just picked her girlfriend

    Dia baru saja menjemput pacarnya.

    10.

    I’m not good in bahasa

    Bahasa Indonesia saya tidak bagus.

    11.

    My mother

    Ibu saya

    12.

    You know…it is

    Anda (sudah) tahu itu…

    13.

    I applied my Visa at Indonesia Embassy

    (Dahulu) Saya mengurus visa saya di KBRI

    14.

    She has something to do…

    Dia ada urusan…

    15.

    Siapa look after anak kamu, Ibu Nana?

    Siapa yang menjaga anak Anda?

    16.

    Terimakasih, I am filled

    Terimakasih, saya sudah kenyang

    17.

    I prefer Nasi goreng

    Saya lebih memilih Nasi goreng

    18.


    Saya suka…tapi It’s so spicy and salty

    Saya suka…tapi ini terlalu berbumbu dan asin.

    Tabel B Penerjemahan Ungkapan dan Pronomina Rutin

    No.

    BS (Inggris)

    BS (Indonesia)


    1.

    You know, Bu Nana?

    Ibu tahu…Bu Nana?

    Pronomina You (Kamu) di dalam bahasa Indonesia tidak boleh dipakai untuk mengacu pada seorang guru

    2.

    We studied bahasa Indonesia

    Kita sudah belajar bahasa Indonesia

    Pembedaan pronomina kita dan kami

    3.

    See You !

    Sampai Jumpa!

    Equivalence Inter-languages

    4.

    Good Evening!

    Selamat Malam!

    Eq In-Lang

    5.

    Good Night!

    Sampai Bertemu lagi!

    Eq In-Lang

    6.

    Good Bye!

    Selamat Jalan

    Pergi dulu ya!

    Eq In-Lang

    7.

    Take Care!

    Hati-hati di Jalan!

    …hati-hati ya!

    Eq In-Lang

    8.

    Get well soon!

    Semoga cepat sembuh!

    Eq In-Lang

    9.

    Happy New Year

    Selamat Tahun Baru

    Eq In-Lang

    10.

    HappyBirthday

    SelamatUlang Tahun

    Eq In-Lang

    11.

    Happy Wedding Day

    Selamat Berbahagia

    Selamat Menenpuh hidup baru!

    Eq In-Lang

    12.

    Happy Eid Mubarrak!

    Selamat Idul Fitri

    Eq In-Lang

    13.

    I’m so sorry for

    Saya prihatin atas…

    Eq In-Lang

    14

    I’m sorry

    Maaf ya.

    Eq In-Lang

    16.

    Sorry…

    Maksudnya? , Maksud Anda?

    Eq In-Lang

    17.

    Please forgive Me

    Saya menyesal (dan tidak akan mengulangi)

    Eq In-Lang

    18.

    Ibu Nana, is your daughter is better now?

    Ibu nana…anakmu lebih sehat nya?

    Ibu Nana…, anak Anda sudah lebih sehat sekarang?

    19.

    Congrates!

    Selamat ya!

    Eq In-Lang

    Penerjemahan untuk ungkapandan pronominal rutin, maksudnya adalah, pembelajar dalam kehidupan sehari-harinya di dalam lingkungan orang Indonesia akan lebih sering mendengar dan menggunakan ungkapan dan pronominal rutin ini. Penerjemahan ungakapan dan pronomina rutin tidak bisa dengan baik dilakukan jika hanya dari aspek semantik, sebab banyak aspek di luar tindak tutur bahasa yang memengaruhi makna yang dimaksudkan oleh penutur dan penerimaan maknanya dari penerima tanda tutur (addressee).

    Percakapan I

    Dita : Hey…mau ke mana?

    Mike : Saya mau ke Apa kabar?

    Dita : Sendirian saja?

    Mike : Senang berjumpa dengan kamu .

    Dita : Sudah dulu ya .

    Di dalam percakapan ini, terlihat bahwa budaya dan kebiasaan sangat berpengaruh pada tindak tutur seseorang. Dita, seorang mahasiswa Indonesia menyapa seorang pembelajar BIPA yang sudah mulai pandai berbahasa Inonesia. Di situ terlihat bahwa di dalam kebiasaan percakapan orang Indonesia, untuk memulai pembicaraan dengan teman seusia, tidaklah digunakan ungkapan ”apa kabar!”, sebab apa kabar digunakan dalam memulai percakapak dengan seseorang baik teman atau kenalan yang sudah lama tidak bertemu.

    Orang Inonesia lebih senang memulai pembicaraan dengan teman seusia atau teman yang sehari-hari belajar di kampus yang sama, dengan ungkapan ”Mau ke mana?”. Untuk mengakhiri pembicaraan, orang Indonesia tidak terbiasa mengucapkan ”Good Bye” atau ”Selamat Tinggal” seperti yang ada dalam bahasa Inggris, maka biasanya orang Indonesia mengakhiri pembicaraan dengan ungkapan ”Sudah dulu ya .”, atau ”Kasih aku kabar ya .”

    Begitu pula halnya dengan ungkapan ”Senang berjumpa dengan kamu” yang merupakan terjemahan dari ”Its nice meeting you”, tidaklah ungkapan yang biasa digunakan dalam pembicaraan berbahasa Indonesia. Ungkapan yang biasa dipakai oleh orang Indonesia untuk mengakhiri pembicaraan dengan teman yang sudah dikenal adalah ”Sudah ya .aku pergi dulu”, sedangkan untuk teman yang baru dikenal, biasanya orang Indonesia lebih sering menggunakan ”Kalau ada apa-apa, jangan segan menghubungi saya”.

    Dari ungkapan ini, terlihat bahwa sebenarnya, dalam budaya orang Indonesia, untuk mengakhiri sebuah percakapan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, atau orang Indonesia tidak ingin mengecewakan orang yang baru dikenalnya, maka ungkapan ”Kalau ada apa-apa, jangan segan menghubungi saya, sebenarnya adalah sebagai kompensasi atas kekecewaan yang mungkin disebabkan olehnya.

    Ungkapan ”Sudah dulu ya .” kerap digunakan untuk mengakhiri pembeicaraan dengan teman yang sudah lama dikenal, kata sudah mengindikasikan penyelesaian percakapan, dan kata dulu ya .bermakna bahwa suatu saat nanti bisa melakukan percakapan lagi. Ini berbeda maknanya dengan ”Nice meeting you” yang merupakan ungkapan rasa gembira telah bertemu tanpa mengindikasikan niat untuk melakukan pembicaraan lagi.



    Swap your papers